Total Pageviews

Wednesday, November 10, 2010

Sewaktu Ayah Tidur

di ranjang kayu
ayah terbaring tanpa pakaian
membebaskan nafas kelelahan
yang tersangkut di hujung perkebunan

kudengar suara keringat
yang mercup di bibir
antara dengkur yang menjerkah
di celah kerongkong tua
dan rahang yang terkatup
meski senyumnya semakin longgar
dihunjam derita perantauan


















kulihat pintalan urat
yang muncul di kedut kulit
selonggok simpulan saraf
melingkar bertindih berguling
melakarkan lukisan usia
di dada sebuah nama

laungan tutur kata
segala petunjuk yang kautancap
buat santapan sang anak
kekal berteduh di pondok fikir
akrab kugenggam erat

kini
di ranjang batu itu
dengan selimut kafan
dan alfatihah yang selalu kuhulur
tidak kudengar lagi dengkuranmu

1 comment:

  1. Ayah...menabur bakti hingga ke akhir usia..tidak pernah mengenal erti bosan.Kasih sayang hingga ke hujung nyawa..doa kutiipkan penyambung kasih tak berbelah bahagi...

    ReplyDelete